Selasa, 05 Januari 2021

 KUTUKAN THE DONNER PARTY : TRAGEDI KANIBALISME DI ERA WILD WILD WEST (PART 2)

Perkemahan Donner Party yang seadanya dengan kabin kayu beratapkan kulit binatang ternak

Kita telah melihat sekelumit sejarah tentang Donner Party dan bagaimana mereka selamat dari padang gurun, hanya untuk terjebak di tengah musim dingin yang menggelora bak neraka beku. Untuk menggambarkan penderitaan para anggota Donner Party kala itu, mereka terpaksa merebus tulang-tulang hewan ternak mereka terus-menerus untuk membuat sup hingga tulang-tulang tersebut menjadi lunak dan gampang remuk ketika dikunyah. Tak jarang, mereka harus memakan kulit binatang ternak yang mereka gunakan sebagai penutup lantai karena tak memiliki apapun lagi untuk dimakan. Jika beruntung, mereka bisa menemukan tikus menyelinap ke kabin mereka dan memakannya sebagai hidangan yang “menggiurkan”.

EKSPEDISI "FORLORN HOPE"

Karena kondisi mereka yang begitu menggenaskan, tak heran satu demi satu mereka mulai berguguran. Dimulai dengan Joseph Reinhardt yang kala berada dalam sakratul mautnya akhirnya mengaku bahwa ia dan sahabatnya, Spitzer membunuh Wolfinger dalam perjalanan mereka di gurun. Spitzer kemudian juga tewas, diikuti Baylis Williams, koki dari keluarga Reed.

Suatu hari, bak tanpa hati, Franklin Graves datang ke kabin keluarga Reed untuk menagih hutang mereka. Karena tak memiliki apa-apa, merekapun terpaksa memberikan atap mereka yang terbuat dari kulit lembu, padahal itu adalah satu-satunya yang tersisa yang bisa mereka makan. Dengan kejam, Franklin pun mengambilnya.

Namun tanpa diduga, perbuatan keji Franklin Graves itu ternyata nantinya akan menyelamatkan Donner Party. Dari kulit lembu tersebut, ia berhasil membuat 14 pasang sepatu yang kemudian digunakan oleh tim (kemudian disebut “Forlorn Hope”) yang diutus untuk mencari bala bantuan di California. Kala itu, ada 17 orang yang diutus, terdiri atas pria, wanita, bahkan anak-anak, yang masih dianggap sehat untuk melakukan perjalanan jauh menembus badai salju. Bersama mereka hanya diberi sisa makanan yang hanya cukup untuk 6 hari.


Ilustrasi perjalanan tim "Forlorn Hope" yang berjalan melalui pegunungan Sierra Nevada yang tertutup salju demi mencapai peradaban. Karena habisnya bahan makanan dan ganasnya kondisi alam, mereka akhirnya berguguran dan sisanya terpaksa terlibat aksi kanibalisme demi bertahan hidup

Namun di tengah jalan, mereka menjadi tersesat. Korban pertama yang jatuh adalah Charles Stanton, yang mengaku kelelahan dan ingin beristirahat, meminta para anggota rombongan lain untuk melanjutkan perjalanan. Charles kemudian tak pernah menyusul mereka. Karena rasio makanan mereka sudah habis, Patrick Dolan kemudian mengusulkan agar salah satu anggota rombongan itu dengan “sukarela” bersedia dibunuh agar bisa dijadikan bahan makanan bagi anggota lain. Ia juga mengusulkan agar mereka melakukan undian untuk memilih siapa yang hendak dikorbankan. Wiliam Eddy, yang memimpin perjalanan itu, dengan ngeri menolak ide tersebut.

Korban kedua adalah Franklin Graves yang juga akhirnya tak kuat meneruskan perjalanan. Kemudian bak karma, di tengah badai salju tiba-tiba Patrick Dolan mulai berhalusinasi, melepas semua pakaiannya, dan berlari ke dalam hutan. Tentu saja iapun langsung tewas. Para anggota yang lain mulai berpikir untuk menyantap jenazah Franklin dan Patrick, tapi William yang merasa kasihan pada Mary, putri keluarga Graves, akhirnya bersedia menemaninya berburu, supaya ia tak perlu memakan jenazah ayahnya sendiri. William dan Mary kembali dengan hewan buruan, tapi begitu sampai, ternyata anggota rombongan yang lain telah telanjur memotong-motong jenazah Franklin dan Patrick untuk dimakan saking putus asanya. Namun William tetap kukuh dan menolak mentah-mentah untuk melakukan aksi kanibalisme.

Akan tetapi setelah tiga hari, kondisi William mulai menurun sehingga iapun terpaksa menyanggupi untuk memakan daging manusia. Namun tetap saja, kondisi pegunungan Sierra Nevada yang mereka lewati amatlah tak ramah, apalagi di tengah musim dingin dan badai salju berkecamuk. Para anggota yang tersisa mulai berencana untuk membunuh Luis dan Salvador, dua orang Indian yang ikut dengan mereka, untuk menjadi bahan makanan mereka selanjutnya. William yang tak setuju dengan rencana tersebut kemudian memperingatkan kedua orang Indian itu agar kabur. Namun setelah beberapa hari, rombongan tersebut menemukan Luis dan Salvador tengah sekarat, sebab mereka sudah 9 hari tidak makan. Merasa iba dan tak mampu menolong mereka, William akhirnya setuju untuk menembak mati mereka supaya mereka bisa segera lepas dari penderitaan

Sekitar seminggu kemudian, pada bulan Januari, rombongan itu akhirnya menemukan harapan. Mereka tiba di sebuah perkampungan suku Indian bernama Miwok. Kala melihat para pendatang itu, konon suku Indian itu kabur ketakutan karena menyangka melihat hantu. Tak heran, tubuh mereka kala itu hanyalah tulang berbalut kulit yang pucat. Namun begitu menyadari mereka membutuhkan bantuan, mereka segera menolongnya dan memberi mereka makanan. 

Kala itu, dari 17 orang yang diutus hanya 7 yang selamat. Perjalanan yang mereka perkirakan hanya memakan waktu 6 hari, pada kenyataannya menghabiskan 33 hari.


William Eddy yang begitu berniat menyelamatkan keluarga dan rekan-rekannya di Donner Party

RESCUE MISSION #1

Setelah merasa sehat, William tak membuang waktu. Dengan bantuan suku Indian itu, ia pergi ke perkampungan kulit putih terdekat di Sacramento Valley untuk meminta bantuan. Namun kala itu, sesungguhnya bukan hanya William yang berhasil kembali dan mencapai peradaban. Masih ingat dengan James Reed yang pada awalnya diusir dari kelompok Donner Part? Rupanya bukannya meregang nyawa di tengah gurun seperti harapan para anggota Donner Party yang mengusirnya, ia malah berhasil mencapai sebuah benteng bernama Sutter's Fort dan meminta bantuan pemimpinnya, Kolonel Fremont untuk mengirimkan bantuan. Namun kala itu mereka tengah mengalami dilema, sebab di saat yang sama mereka masih menghadapi perang dengan Meksiko, sehingga kekurangan orang. Oleh sebab itu, bala bantuan yang dipimpin oleh William datang terlebih dahulu.

Pada bulan Februari, tim penyelamat yang dipimpin William Eddy berhasil mencapai Danau Truckee. Kala itu, Lavina Murphy yang melihat kedatangan mereka bertanya, “Apa kalian dari California ataukah kalian malaikat pencabut nyawa yang akan menjemput kami?”. Kala itu, sudah 13 orang yang tewas di kamp itu, termasuk istri William Eddy sendiri. Tubuh mereka terkubur di salju. Sekitar 23 orang akhirnya dipilih untuk dibawa kembali ke California, termasuk keluarga Reed. Sisanya terpaksa ditinggalkan, menunggu tim penyelamat yang kedua.

Namun di depan, perjalanan para tim penyelamat ini masihlah amat berbahaya, apalagi yang mereka bawa kebanyakan wanita dan anak-anak yang mengalami malnutrisi. Badai saljupun masih berkecamuk tanpa ampun. Ada, putri dari Keseberg akhirnya meninggal dalam perjalanan. Phillippine, ibunya, merasa amat terpukul hingga tak mau melepaskan jenazah putrinya dan memutuskan tinggal untuk mati bersamanya. Anak-anak yang ikut dalam perjalanan itu juga amat kelaparan hingga mereka rela memakan tali sepatu dari anggota grup penolong mereka.

Beruntung, di tengah perjalanan yang mengundang maut itu, mereka bertemu dengan tim penyelamat pimpinan James Reed yang langsung membantu mereka. Melihat suaminya ternyata selamat, Margret konon langsung ambruk ke atas salju karena tak mampu menutupi kebahagiaannya. Ketika tiba di Sutter's Fort yang sebenarnya hanya sebuah tempat yang sederhana dan seadanya, Virginia, putri keluarga Reed begitu bersyukur dan menganggapnya surga. Fatalnya, begitu sampai di sana, William Hook, putra dari Jacob Donner, langsung makan sebanyak-banyaknya hingga iapun tewas. Ini menunjukkan betapa dalam penderitaan yang mereka lalui selama terjebak di Truckee Lake.


Di lokasi inilah para anggota Donner Party menemui ajal mereka. Kini memang terlihat indah, namun dahulu tempat ini amatlah tak bersahabat, tak hanya karena dinginnya, namun juga karena ketiadaan makanan sama sekali

RESCUE MISSION #2 & #3


Pada bulan Maret, tim penyelamat gelombang kedua, dipimpin James Reed-pun tiba. Di sana, kondisi di Danau Truckee makin menggenaskan. Lavina Murphy, yang kala itu merawat kedua anak William Eddy, kini amat kemah, bahkan buta. Patrick Breen mengaku bahwa ia mendapat pengalaman yang cukup disturbing. Ia bertemu dengan Lavina, yang kala itu mengaku bahwa ia berencana untuk memakan jenazah Milt Elliot, pengendara gerobak dari keluarga Reed. Dan rupanya benar, di kabin milik Lavina, mereka mendapati tubuh Elliot yang telah terpotong-potong.

Di kediaman keluarga Donner, situasi tak bertambah baik. Mereka memergoki Trudeau, sang remaja Prancis, tengah berkeliaran membawa kaki manusia yang rupanya milik Jacob Donner, adik dari George Donner. Jacob rupanya telah meninggal dan Elizabeth istrinya, terpaksa memotong-motong tubuhnya dan memberikannya kepada anak-anaknya sebagai makanan. Namun, Elizabeth tetap bersikeras tak mau memakan jenazah suaminya. Pada akhirnya, anak-anaknya memang selamat, namun Elizabeth sendiri meninggal karena kelaparan. Mereka juga menemukan George Donner sudah tak mampu lagi bergerak karena infeksi di lukanya semakin parah. Tamsen, istrinya, yang sebenarnya masih sehat, tak mau meninggalkan sisi suaminya dan bersikeras untuk tinggal menemaninya.

Tim penyelamat yang kedua berhasil menyelamatkan 17 orang. Kala itu hanya sedikit orang yang tertinggal di Truckee Lake, yakni Lavina Murphy dan kedua anak William Eddy, George dan istrinya Tamsen, serta Lewis Keseberg, yang sudah pindah ke salah satu kabin yang kosong.

Pada pertengahan Maret, tim penyelamat gelombang terakhir tiba, dipimpin oleh William Eddy. Namun di sana ia mendapati kejutan mengerikan. Tak ada yang selamat ketika mereka tiba, terkecuali Lewis Keseberg. Baik Lavina Murphy dan kedua anaknya telah tewas. Begitu pula George juga meninggal akibat infeksi yang dideritanya. Lewis mengaku bahwa sepeninggal suaminya, Tamsen yang merasa terpukul kemudian datang ke kabinnya. Ia kemudian menginap di sana semalam dan Lewis menyelimutinya supaya ia merasa hangat. Namun keesokan harinya, Tamsen wafat, meninggalkannya sebagai satu-satunya penyintas.


Seperti inilah lokasi dimana Donner Party kandas, kini menjadi tengaran untuk memperingati sejarah mengerikan tersebut

Namun baik William dan anggota tim penyelamat lainnya tak menelan mentah-mentah pengakuan Lewis tersebut. Mereka bahkan tak mampu membendung kecurigaan mereka. Pasalnya di kabin yang didiami Lewis, mereka menemukan satu panci penuh daging manusia. Tak hanya itu, mereka juga menemukan harta berupa uang dan perhiasan milik keluarga Donner. William bahkan bersumpah akan membunuh Lewis jika ia melihatnya lagi di California. Namun demi menepati tujuannya datang ke situ, ia dan tim penyelamat lainnya akhirnya membawa Lewis dengan selamat ke Sutter's Fort.

NASIB PARA PENYINTAS

Pada bulan April 1847, seluruh anggota Donner Party yang masih hidup akhirnya berhasil dievakuasi. Dari sekitar 90 orang yang memulai perjalanan dari Missouri maupun yang bergabung dengan mereka di tengah jalan, tercatat hanya 48 yang selamat. Kini, bagaimana dengan nasib orang-orang yang terkait dengan Donner Party, termasuk para penyintasnya?

Lansford Hastings yang pertama kali mencetuskan jalur yang merenggut nyawa lebih dari separuh anggota Donner Party mendapat banyak ancaman pembunuhan karena ulahnya itu. Namun ia sendiri tak bisa berbuat apa-apa, apalagi memutar balik waktu. Yang bisa ia lakukan hanyalah meminta maaf atas perbuatannya.

Dari berbagai keluarga yang menderita selama perjalanan di Hastings Cutoff itu, hanya keluarga Reed dan Breen yang ajaibnya seluruh anggota keluarganya masih utuh. Anak-anak dari keluarga Donner semua menjadi yatim piatu. Beruntung, ada pasangan suami istri di Sutter's Fort yang tak dikaruniani anak, kemudian mengadopsi mereka.

Mary Graves, salah satu anggota “Forlorn Hope” yang berhasil selamat memiliki kisah unik. Setelah tiba di California dengan selamat, ia akhirnya menikah dan sempat hidup bahagia. Namun sayang, sang suami terbunuh oleh seorang pria. Kala sang pembunuh hendak dihukum mati, Mary konon memasakkan makanan terakhir bagi pria itu. Alasannya karena ia tahu seperti apa rasanya kelaparan dan tak mau sang pembunuh merasakannya.

Para penyintas Donner Party berpose di depan monumen yang didirikan demi mengenang pengorbanan mereka yang tewas dalam perjalanan penuh maut tersebut

Di antara semua tokoh yang terlibat dalam tragedi Donner Party, bisa dibilang William Eddy-lah yang nasibnya paling tragis, sebab ia kehilangan seluruh keluarganya. Semenjak awal ia menunjukkan integritas tinggi sebagai manusia yang selalu ingin membantu sesamanya. Ia-lah yang ingin mencari Hardkoop, pria tua renta yang lenyap di gurun, karena ia tak mau siapapun merasa ditinggalkan. Kala menjadi anggota “Forlorn Hope” dan tengah tersesat, ia juga menolak keras memakan daging manusia, bahkan berusaha menyelamatkan Luis dan Antonio ketika mereka hendak dibunuh untuk disantap. Bahkan ia sendiri sampai rela meninggalkan anak-anaknya agar anak-anak dari keluarga lain mendapatkan kesempatan agar bisa selamat terlebih dahulu.

Setelah tragedi itu, William menikah lagi dan paling tidak, berhasil membina keluarga dan hidup bahagia sampai akhir hayatnya. Semula ia berniat untuk memenuhi janjinya untuk membunuh Lewis Keseberg. Tapi James Reed dan Edwin Bryant, wartawan yang sedari awal berusaha membantu mereka, berhasil membuat mengurungkan niat tersebut.

Namun bagaimana dengan Lewis Keseberg sendiri, yang sejak awal perjalanan mengukuhkan sosoknya sebagai sang tokoh antagonis? Ketika berada di gurun, ialah yang mengusir Hardkoop yang hanya ingin beristirahat di gerobaknya hingga iapun tewas. Saat James Reed terlibat perselisihan, ia jugalah yang memprovokasi anggota rombongan lainnya untuk membunuhnya. Berita-berita miring tentangnya pun bermunculan. Contohnya, konon para penyintas Donner Party pernah melihat seorang anak laki-laki pergi ke kabin dimana Lewis tinggal dimana iapun menerimanya dan bahkan berjanji memberikan makanan apabila ia “menghiburnya” (if you know what I mean). Namun keesokan harinya, mereka malah melihat mayat anak itu sudah terpotong-potong di kabinnya.


Jean Baptiste Trudeau, salah satu penyintas Donner Party yang terbuka dengan pengalaman kanibalisme yang terpaksa dijalaninya ketika terjebak dalam perjalanan terkutuknya

Gosip lain juga bermunculan bahwa Lewis lebih memilih makan daging manusia, bahkan setelah salju mencair pada bulan Maret (dimana ia masih terjebak di Danau Truckee). Padahal kala itu, musim semi sudah datang dan tak sulit baginya memperoleh makanan. Bahkan, muncul desas-desus lain bahwa semasa hidup, Lewis berperilaku abusif kepada anak dan istrinya.

Cerita-cerita itu mungkin saja adalah hanyalah karangan belaka untuk mensensasionalkan kisah tentang Donner Party. Ia sempat diadili atas pembunuhan Tamsen Donner, namun pengadilan kemudian membuktikan ia tak bersalah dan melepaskannya. Tak hanya itu, putri keluarga Donner yang berhasil selamat, yakni Eliza juga percaya bahwa Lewis sesungguhnya tak bersalah. Namun yang jelas, karena reputasinya terlanjur buruk, Lewis pada masa tuanya menjadi musuh masyarakat yang paling dibenci, bahkan hidup dikucilkan. Akan tetapi, tanpa mendapat sanksi sosial-pun, Lewis sebenarnya telah mendapatkan hukuman yang setimpal. Ia telah kehilangan istri dan anaknya selama-lamanya serta menghabiskan masa tuanya sendirian tanpa keluarga.

Kisah kanibalisme yang terjadi pada Donner Party menjadi catatan kelam masa kolonialisme ala “Wild Wild West” dalam sejarah Amerika. Namun ada satu lagi hal menarik lainnya yang bisa ditelusuri dari sejarah kelam ini. Konon, Abraham Lincoln, yang kala itu masih menjadi pengacara muda, seharusnya ikut bermigrasi dalam rombongan itu. Namun Mary Todd, istrinya, kala itu tengah hamil sehingga iapun memutuskan untuk tidak ikut. Beberapa saksi sejarah juga imenyatakan bahwa Mary Todd, yang berteman dengan keluarga Reed, sempat mengucapkan selamat tinggal dan melambaikan tangannya kala rombongan itu berangkat pergi.

Entah apa yang terjadi apabila Abraham Lincoln benar ikut dalam rombongan itu. Sebab Abraham, yang dikenal sebagai presiden AS kala Perang Saudara berkecamuk, memiliki andil besar dalam sejarah Amerika Serikat hingga bisa berdiri menjadi negara adidaya seperti ini. Apa yang terjadi apabila Abraham Lincoln benar ikut dalam perjalanan itu, akan gue kupas habis di artikel berikutnya.

 

KUTUKAN DONNER PARTY : TRAGEDI KANIBALISME DI ERA WILD WILD WEST ( PART 1)

Kalian tau game yang sedang ramai di perbincangkan yang menceritakan tentang seorang Outlaw di dataran Amerika era Wildwest ? ya Read Dead Redemption.

Apa yang terlintas di pikiran kalian ketika membayangkan tentang Era Wildwest ? indah ? penuh petualangan ? natural ? keren ?

namun dalam semua keindahan amerika tempo dulu, terselip juga kengerian dan tragedi tragedi yang terjadi

Jika ditanya peristiwa tragis apa yang pernah terjadi dalam sejarah masa lalu Amerika, mungkin ada yang menjawab lenyapnya koloni Roanoke (yang pernah diangkat menjadi salah satu season “American Horror Story”), atau tragedi “Trail of Tears” dimana bangsa Indian (Native Amerika) terusir dari tanah kelahiran mereka dan dipaksa mengungsi ke tengah gurun, atau mungkin berkecamuknya Perang Saudara yang memecah belah bangsa Amerika. Namun salah satu cerita yang tak banyak diketahui ini sama tragisnya, dimana kisah ini membuktikan bahwa pada masa lalu, benua Amerika yang amat dikagumi ini merupakan tempat yang amat berbahaya, bahkan mungkin tak diperuntukkan bagi manusia.

Pada tragedi yang disebut “Donner Party” yang terjadi pada abad ke-19 ini, sekitar 90 orang imigran dari Eropa yang ingin memulai hidup baru di California tersesat dan harus menghadapi kejamnya alam. Satu persatu dari mereka tewas secara menggenaskan, hingga klimaksnya, karena putus asa tak lagi memiliki sesuatu untuk dimakan, mereka pun menjadi kanibal dan memangsa sesamanya.

Simak sejarahnya di Dark History kali ini.

TRAGEDI PARA IMIGRAN

Nama “Donner Party” bukan bermakna “pesta”, namun lebih diartikan sebagai “partai”. Yang disebut Donner Party merupakan rombongan para imigran yang kala itu bermigrasi ke California dan dipimpin oleh seorang pria bernama George Donner. Kala itu, yang ikut berjumlah 90 orang, namun pada akhir perjalanan, yang selamat kurang dari separuhnya. Sisanya tewas karena menghadapi kejamnya alam, dinginnya musim salju yang membeku, hingga tewas kelaparan karena tak ada apapun yang bisa dimakan.

Kecuali tubuh manusia.


Para imigran yang tergabung dalam Donner Party dan gerobak mereka

Pertama akan gue gambarkan sedikit background tentang melatarbelakangi perjalanan itu. Kala itu Amerika dikenal sebagai “tanah terjanji” yang menawarkan banyak kesempatan, sehingga banyak imigran dari Eropa tertarik untuk merantau dan memulai kehidupan baru di sana. Kala itu (bahkan hingga sekarang), wilayah yang terkenal memiliki nilai ekonomi tinggi adalah California yang berada di ujung barat benua Amerika. Sementara itu, para imigran dari Eropa tiba di sisi timur benua tersebut. Oleh karena itu, para imigran yang tiba di sisi timur seringkali melanjutkan perjalanan ke sisi barat demi kesempatan ekonomi yang lebih baik.

Tak mengherankan, karena perjalanan dari ujung timur ke barat merupakan perjalanan panjang melintasi keseluruhan benua, tak jarang petualangan ini menjelma menjadi marabahaya.

Donner Party berangkat dari Missouri ke California pada tahun 1846. Kala itu jalur yang mereka pilih disebut dengan “Oregon Trail” dimana lajur itu dapat membawa mereka tiba di destinasi mereka antara 4 sampai 6 bulan perjalanan. Alasan utama mereka memilih jalur itu adalah karena sudah terbukti aman dan cukup leluasa untuk dilalui. Yang bermigrasi dalam Donner Party kala itu mencakup keluarga-keluarga yang tentu saja tak hanya terdiri dari pria, melainkan juga wanita, anak-anak, dan juga kaum sepuh. Tak hanya itu, para imigran tersebut juga membawa hewan ternak dan juga menggotong barang bawaan mereka di dalam gerobak atau kereta kuda. Tentu saja, mereka membutuhkan jalur yang datar agar gerobak-gerobak tersebut dapat melintas.

Sementara itu, seorang pria bernama Lansford Hastings, yang juga pernah bermigrasi dari Ohio ke California, menemukan jalur lain yang menurutnya adalah “jalan pintas” yang bisa membawa para imigran lebih cepat sampai di California, ketimbang mengikuti jalur “Oregon Trail” yang memakan waktu hingga setengah tahun. Jalur pintas itu memotong di Pegunungan Rocky, Gurun Great Salt Lake, dan Pegunungan Sierra Nevada. Jalur itu disebut “Hastings Cutoff”, sesuai dengan nama sang penemu. Lansford begitu membangga-banggakan jalur temuannya itu hingga ia mulai memamerkannya pada para imigran yang berdatangan menuju ke California.

Namun kala itu, ada beberapa fakta yang lalai ia pertimbangkan. Kala melakukan perjalanan melalui jalan pintas tersebut, Lansford melakukan perjalanan itu sendirian, tanpa membawa gerobak. Padahal jalur tersebut melewati wilayah pegunungan yang jelas akan sulit dilalui kendaraan beroda.


James dan putrinya, Virginia, salah satu tokoh-tokoh utama dalam perjalanan naas ini


INSIDEN "HASTINGS CUTOFF" 

Kembali ke Donner Party, pada tahun 1846 rombongan yang terdiri atas 500 gerobak berangkat dari kota Independence, Missouri menuju ke California. Rombongan itu dipimpin oleh keluarga Donner yang terdiri atas George Donner (60) dan istrinya, Tamsen (44), beserta anak-anaknya. Ikut dalam rombongan keluarga Donner adalah adik George yang bernama Jacob Donner (56) beserta istrinya, Elizabeth (45), dan anak-anaknya. Karena kesenioran George, para anggota Donner Party, yang terdiri atas beberapa keluarga, akhirnya memilihnya sebagai pemimpin rombongan tersebut. Itulah sebabnya, rombongan imigran tersebut akhirnya dikenal sebagai sebutan “Donner Party”.

Ikut bersama keluarga Donner adalah keluarga Reed yang berasal dari Irlandia. Keluarga tersebut terdiri atas James Reed (45), Margret (32) istrinya, Virginia (13) anak tirinya, serta anak-anaknya yang lain. Selain itu, sang nenek dari keluarga tersebut, yakni bernama Sarah Keyes (70) juga ikut dalam perjalanan tersebut. Keluarga Reed juga menyewa beberapa orang untuk menemani perjalanan mereka, antara lain Milford ("Milt") Elliott (28) yang bekerja menjadi sopir gerobak dan Baylis Williams (24) sebagai koki.

Keluarga lain yang ikut adalah keluarga Murphy, Eddy, Breen, dan Keseberg. Keluarga Murphy dipimpin oleh seorang janda bernama Lavina Murphy (37) yang membawa serta anak-anaknya. Keluarga Eddy dipimpin William Eddy, seorang pembuat gerobak. Ia juga membawa serta istri dan anak-anaknya yang masih kecil. Ada pula keluarga Breen yang merupakan keluarga Katolik yang amat taat, dipimpin oleh Patrick Breen (51) yang membawa serta istri dan anak-anaknya. Keluarga terakhir, yakni keluarga Keseberg merupakan imigran asal Jerman yang dipimpin oleh Lewis Keseberg (32) yang membawa serta istrinya, Phillipine (23) dan putrinya, Ada yang masih berusia 3 tahun.

Tak hanya keluarga, ada pula pemuda-pemuda lajang yang juga mengikuti perjalanan itu, antara lain seorang pria bujang bernama Patrick Dolan (40) yang juga tetangga keluarga Breen, Charles Stanton (30) yang ikut bersama keluarga Donner, sepasang sahabat bernama Augustus Spitzer and Joseph Reinhardt, dan seorang pria Jerman bernama Wolfinger. Bersama mereka ikut pula seorang pemuda sakit-sakitan bernama Luke Halloran yang menderita TBC. Tamsen Donner, merasa kasihan padanya, akhirnya bersedia merawatnya. Selain itu, ada pula Hardkoop (70), seorang pria tua yang hidup sendirian, ikut juga dalam perjalanan itu.

Ketika mereka berangkat, Virginia, sang putri dari keluarga Reed ingat bahwa kala itu ia merasa “riang dan gembira”. Mereka belum sadar bahwa perjalanan mereka akan berubah menjadi mimpi buruk dan berakhir amat menggenaskan.


Perjalanan mereka apabila setia menggunakan "Oregon Trail" ditunjukkan dengan jalur merah yang berakhir di Oregon, kemudian harus dilanjutkan dengan panah merah menuju ke "tanah perjanjian" mereka, California. Jalur "Hastings Cutoff" (ditunjukkan dengan panah biru) tentu lebih menggiurkan karena terlihat lebih mudah dan cepat, padahal kenyataannya mereka harus menghadapi alam yang tak bersahabat

Tak lama setelah perjalanan dimulai, korban pertamapun jatuh. Sarah Keyes, nenek dari keluarga Reed akhirnya meninggal di tengah perjalanan karena usia sepuh. Iapun dimakamkan di Kansas, kemudian para anggota Donner Party meneruskan perjalanan mereka.

Pada bulan Juli, mereka akhirnya tiba di Fort Bridger, sebuah pos dagang yang dikelola oleh seorang pria bernama Jim Bridger. Di sana mereka bertemu dengan Lansford Hastings yang kemudian menceritakan tentang jalan pintas yang ia temukan. James Reed, kepala dari keluarga Reed amat tertarik mendengar cerita tersebut dan mendorong George Donner, pemimpin dari Donner Party itu menggunakan jalur “Hastings Cutoff” alih-alih mengikuti jalur “Oregon Trail” sesuai rencana mereka. Apalagi Lansford Hastings mengatakan jika jalurnya itu akan menghemat perjalanan mereka hingga 560 kilometer, sebuah rayuan yang tentu saja menggiurkan.

Sebenarnya klaim dari Lansford Hastings itu masuk akal, sebab apabila mereka menggunakan Oregon Trail, mereka akan naik ke utara dulu ke Wyoming, kemudian berjalan ke barat melewati Idaho hingga akhirnya tiba di Oregon. Kemudian jika mereka ingin ke California, mereka harus melakukan perjalanan lagi ke selatan. Namun jika mereka menggunakan Lansford Hastings, mereka hanya tinggal berjalan lurus ke barat hingga tiba langsung di California. Logikanya memang itu akan menyingkat perjalanan. Tapi satu hal yang tak mereka perhitungkan adalah jika mereka menggunakan jalan pintas itu, mereka akan melewati wilayah gurun dan pegunungan yang jelas kondisinya tak bersahabat.

Seorang wartawan bernama Edwin Bryant di California mengetahui berbahayanya “Hastings Cutoff” dan berusaha memperingatkan siapapun yang hendak melintas di jalur tersebut, termasuk Donner Party. Iapun mengirimkan surat ke Fort Bridger. Namun sesampainya di sana, surat itu justru disembunyikan oleh Jim Bridger. Alasannya, pos dagang yang ia miliki akan mendapat keuntungan yang amat besar jika Donner Party menggunakan “Hastings Cutoff”, sebab mereka akan membeli perlengkapan mereka di sana. Perbuatan keji tersebut pada akhirnya akan berakibat pada tewasnya separuh anggota Donner Party.


Seperti inilah jalan yang harus dilalui Donner Party ketika mereka melalui "Hastings Cutoff". sekarang bayangkan mereka harus melewatinya dengan gerobak penuh wanita dan anak-anak

Kala Donner Party memulai perjalanan mereka menuju “Hastings Cutoff”, sebenarnya ada peringatan lain yang sesungguhnya bisa mencegah bencana tersebut. Di tengah perjalanan, Reed tak sengaja berpapasan dengan kawan lamanya yang bernama James Clyman yang kala itu datang dari California menggunakan jalur yang ditawarkan Hastings. Karena barusan melewatinya, ia kemudian memperingatkan James Reed agar tak menggunakan jalur tersebut karena teramat sulit. Namun sayang, bak sudah rencana Ilahi, James Reed sama sekali tak mengindahkan peringatan itu.

Di tengah perjalanan mereka bertemu keluarga baru, yakni keluarga Graves (ironisnya, nama mereka berarti “makam”, seolah menjadi pertanda buruk yang menggentayangi rombongan itu). Keluarga Graves dipimpin oleh Franklin Graves (57) serta istrinya Elizabeth (47), dan anak mereka Mary (20). Bersama mereka juga ikut seorang pengendara gerobak muda bernama John Snyder (25). Seorang remaja berdarah Prancis bernama Jean Baptiste Trudeau (16) juga memutuskan bergabung bersama mereka.

Namun setelah beberapa hari mengikuti jalur Hastings Cutoff, rombongan itu mulai merasa kesulitan. Pasalnya, jalan yang mereka lalui amatlah terjal sehingga sukar dilalui oleh gerobak mereka yang mudah tergelincir. Tak hanya itu, ketika mereka berhasil melalui jalur pegunungan yang terjal, ternyata hambatan lain terlihat. Di hadapan mereka kala itu, terbentang gurun Great Salt Lake. Sesuai namanya, tak ada apapun yang mampu hidup di gurun tersebut. Sama sekali tak ada rerumputan yang bisa menjadi makanan hewan ternak mereka (bahkan kuda yang menarik gerobak mereka). Bahkan setetes airpun tak ada.

Celakanya, gurun gersang itu membentang sejauh 130 kilometer di hadapan mereka.


Gambaran padang gurun Great Salt Lake yang dulunya adalah danau air asin yang mengering. Membentang ratusan kilometer, jalur gersang ini harus dilalui Donner Party karena iming-iming sebagai "jalan pintas", padahal kenyataannya akan memakan korban jiwa dan juga musnahnya ratusan ternak mereka akibat ketiadaan air dan makanan
 

NERAKA BAGIAN 1: API

Perjalanan itupun berubah menjadi neraka, literally. Banyak hewan-hewan ternak akhirnya mati dan mereka juga mulai kehabisan perbekalan. Korban kedua pun jatuh. Kini Luke Halloran, pemuda sakit-sakitan yang selama ini dirawat keluarga Donner, akhirnya meninggal. Para anggota rombongan Donner Party juga mulai ketus pada keluarga Reed dan memusuhi mereka. Pasalnya, James Reed-lah, sang kepala keluarga tersebut, yang menyarankan mereka agar mengikuti jalur “Hastings Cutoff” itu, yang kini telah terbukti hanya membawa nestapa.

Teriknya gurun juga membuat situasi dalam rombongan tersebut semakin panas. Akibat masalah kecil, John Snyder, pengendara dari keluarga Graves, menjadi marah pada Milt Elliot, pengendara dari keluarga Reed. Akibatnya, John mulai memukulinya. James Reed kemudian berusaha melerai mereka. Namun pada perkelahian itu, James tak sengaja menusuk John hingga tewas.

Amarah para anggota Donner Party pun meledak. Banyak dari mereka (apalagi karena lebih dahulu merasa antipati pada James Reed) menuduhnya sebagai pembunuh. Bahkan Lewis, pemimpin keluarga Keseberg asal Jerman, memprovokasi mereka agar menggantung James. Namun George Donner menengahi mereka dan para anggota rombongan-pun sepakat untuk mengusir James. Iapun dipaksa pergi, berkendara dengan seekor kudanya, menuju ke padang gurun, meninggalkan keluarganya.

Namun setelah kepergian James Reed, situasi tak kunjung membaik. Panasnya gurun membuat para anggota Donner Party mulai berselisih dan tak mempercayai satu sama lain. Lewis Keseberg dengan tega mengusir Hardkoop, sang pria tua renta yang ikut dalam perjalanan itu, dari gerobaknya dan menyuruhnya berjalan. Karena tak sanggup lagi meneruskan perjalanan, pria tua itupun tertinggal dan akhirnya lenyap. William Eddy berusaha meyakinkan anggota rombongan yang lain untuk mencarinya. Namun mereka menolaknya. Apalagi, sangat kecil kemungkinan Hardkoop, yang sudah berusia 70 tahun, selamat.

Jatuhlah korban ketiga.

Di tengah perjalanan, gerobak milik Wolfinger, seorang imigran Jerman, terperosok. Dua sahabat yang ikut dalam perjalanan itu, Reinhardt dan Spitzer, memutuskan tinggal di belakang untuk membantunya. Namun keduanya kemudian kembali tanpa Wolfinger. Ketika ditanya, mereka mengatakan bahwa mereka diserang oleh kaum Indian dan Wofinger terbunuh.

Jatuhlah korban keempat.


Ketika tiba di Danau Truckee yang teramat indah ini, tentu anggota Donner Party mengira mereka selamat, bahkan tiba di taman firdaus. Namun kenyataannya, ketika musim dingin berkecamuk, kepingan surga ini berubah menjadi neraka beku yang menghabisi separuh dari anggota rombongan naas tersebut

NERAKA BAGIAN 2: ES

Akhirnya gurun gersang yang menyiksa mereka sepanjang perjalanan berakhir sudah. Di hadapan mereka kini terbentang Danau Truckee yang biru segar dengan hamparan kehijauan yang menyejukkan. Namun tak mereka sangka, bahwa kondisi mereka justru akan semakin terpuruk setelah mereka tiba di dataran hijau itu. Pasalnya, kala itu sudah mencapai akhir Oktober dimana musim dingin akan segera tiba.

Di Danau Truckee mereka bertemu dengan dua orang Indian bernama Luis dan Salvador yang setuju untuk menjadi guide mereka. Namun kala itu mereka sadar bahwa mereka takkan bisa menembus Pegunungan Sierra Nevada yang menghadang di depan mereka apabila musim dingin menerjang. Oleh karena itu, mereka memutuskan menghabiskan musim dingin di Danau Truckee dan melanjutkan perjalanan setelah musim dingin itu berlalu.

Para anggota Donner Party kemudian mulai membangun kabin (rumah kayu) menggunakan gelondongan kayu dari pepohonan yang mereka tebang. Korban selanjutnya pun jatuh ketika William Pike, salah satu menantu dari Lavina Murphy, tak sengaja tewas tertembak setelah salah satu anggota keluarganya tengah mengisi senapannya. Tak hanya itu, saat menebang kayu, George Donner tak sengaja melukai tangannya dengan kapak. Nantinya, luka ini terbukti akan berakibat fatal bagi pemimpin Donner Party tersebut.

Pada akhirnya, grup itu terbagi menjadi dua. Yang pertama adalah rombongan keluarga Donner yang membangun kediaman mereka sekitar 8 kilometer jauhnya dari keluarga-keluarga lain. Kala itu karena George terluka, mereka tak mampu menyusul rombongan tersebut dan akhirnya tertinggal di Alder Creek. Mereka kala itu hanya membangun tenda-tenda yang cukup menampung 20-an orang, beranggotakan keluarga Donner dan para pelayan mereka.

Sementara itu 60-an anggota lainnya yang terdiri atas keluarga Breen, Graves, Reed, Murphy, Keseberg, dan Eddy membangun kabin-kabin mereka lebih dekat dengan Danau Truckee. Karena dibangun secara darurat dan seadanya, kondisi kabin-kabin itu amatlah tidak layak. Kabin-kabin itu tak punya jendela ataupun pintu; hanya ada sebuah lubang tempat para penghuninya bisa merangkak keluar masuk. Sebagai atapnya, mereka menggunakan kulit hewan ternak mereka.

Akhirnya pada 4 November, ketakutan merekapun mengejawantah. Musim dingin telah tiba, dimulai dengan badai salju yang berkecamuk tanpa ampun.

Ketika salju mulai turun, keluarga Donner menebang kayu bakar untuk menghangatkan diri mereka. Mengapa bagian tengah yang dipotong, bukan dasarnya? Karena setinggi itulah tumpukan salju yang mereka hadapi kala itu

Para keluarga yang berdiam di Danau Truckee mulai diranda kelaparan. Hampir seluruh hewan ternak mereka sudah musnah. Bahkan, bangkai mereka menumpuk dan membeku. Danau Truckee kala itu sebenarnya belum membeku dan bisa dimanfaatkan sebagai sumber air bersih dan makanan. Namun sayang, tak ada di antara mereka yang berpengalaman mencari ikan. William Eddy, satu-satunya yang memiliki kemampuan berburu, berhasil menembak seekor beruang. Namun itupun tak cukup memberi makan para keluarga yang terjebak di sana.

Keluarga Reed, yang telah ditinggal kepala keluarga mereka, sama sekali tak memiliki apa-apa. Margret Reed kemudian memohon pada keluarga Graves agar mereka memberi mereka sedikit makanan. Franklin Graves kemudian menjual bangkai seekor lembunya yang telah membusuk seharga 25 dollar (kala itu senilai 12 juta rupiah). Karena tak memiliki uang sepeserpen, Margret berjanji akan membayar hutang tersebut setibanya mereka di California.

Sementara itu Patrick Breen kemudian mulai menulis sebuah diari. Buku hariannya inilah yang nantinya akan mencatat dengan detail semua yang mereka alami dan menjadi bukti sejarah tentang Donner Party.

Apa saja yang terjadi berikutnya? Simak di bagian kedua tentang kisah Donner Party dalam artikel berikutnya.

  KUTUKAN THE DONNER PARTY : TRAGEDI KANIBALISME DI ERA WILD WILD WEST (PART 2) Perkemahan Donner Party yang seadanya dengan kabin kayu bera...